Bagi warga Pulau Kalimantan, umbi bawang berlian Eleutherine americana adalah panasea karena selama ini dikenal sebagai penyembuh berbagai macam penyakit. Cara penggunaannya pun bermacam-macam. Mulai diseduh, direbus dengan api kecil sampai dikonsumsi dalam bentuk kapsul.
Dalam mitologi Yunani, Dewi Panasea dipercaya sebagai dewi yang mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan memperpanjang umur. Oleh karena itu panasea menjadi sebutan untuk obat yang dapat menyembuhkan aneka penyakit. Sosok panasea itu ditemukan warga Pulau Kalimantan pada umbi bawang berlian Eleutherine americana.
Bawang berlian terbukti secara empiris mampu menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, mioma, dan mag. Hasil penelitian Alia Mustika Nur, alumnus Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), menunjukkan umbi tanaman anggota famili Iridaceae itu mengandung senyawa naphtokuinones dan turunannya seperti elecanacine, eleutherine, eleutherol, dan eleuthernone. Naphtokuinones dikenal ampuh sebagai antikanker, antioksidan, antimikroba, anticendawan, antivirus, dan antiparasitik.
Menurut Prof Dr Sidik Apt, guru besar emiritus Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, senyawa aktif dalam bawang berlian adalah alisin. “Senyawa itu dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan kekentalan darah,” ujar Sidik.
Dr Sukrasno MS, farmakolog dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, menuturkan bawang berlian juga kaya antosianin, yakni senyawa pewarna alami yang memberi warna merah pada umbi. Prof Sidik menuturkan antosianin berfaedah sebagai antioksidan yang berperan menetralkan radikal bebas. “Di antara senyawa-senyawa aktif itu, kemungkinan eleutherine dan antosianin yang paling banyak berperan,” ujar Sukrasno.
Menurut Sukrasno eleutherine dan antosianin bersifat mudah larut dan terurai dalam air. Oleh karena itu untuk memperoleh faedah senyawa aktif itu cukup gunakan pelarut air. Caranya dengan menyeduh irisan satu siung (30 gram) bawang dayak menggunakan segelas air panas, atau memanaskan dengan api kecil tapi tidak sampai mendidih. Sebab menutur Sidik, sebagian besar senyawa aktif pada tanaman mudah rusak bila dipanaskan lebih dari 900C. Dokter herbalis di Tangerang, Banten, dr Prapti Utami sepakat. Tubuh lebih mudah menyerap kandungan antioksidan bawang berlian hasil proses perebusan.
Sidik menyarankan untuk mengolah bawang berlian menjadi serbuk. “Dengan membuat serbuk, senyawa masih menyerupai aslinya, tidak terjadi degradasi,” ujarnya. Untuk membuat serbuk, cuci umbi segar, iris tipis 3 mm, kemudian keringkan. Pengeringan bisa menggunakan oven dengan suhu maksimal 400C hingga kadar air kurang dari 10%. Atau cukup kering anginkan irisan bawang dayak, tidak terkena sinar matahari langsung.
Irisan bawang sabrang kering setelah 2-3 hari bila temperatur 28-300C. Selanjutnya giling irisan kering itu menjadi serbuk. Untuk mengonsumsinya kita bisa menyeduh seperti yang disarankan oleh Valentina Indrajati, herbalis di Bogor, Jawa Barat. Sidik mengatakan hindari menyeduh dengan air mendidih, cukup dengan air matang tapi hangat. Serbuk bawang berlian juga dapat dikemas dalam kapsul. Namun, dalam bentuk itu tubuh lebih lama mencerna bawang dayak karena mesti mengurai selubung kapsul dahulu.
Manisan
Olahan lain dalam bentuk manisan seperti dilakukan oleh Ronny Yuniar Galingging dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah. Cara membuatnya mudah. Cuci bersih bawang dayak, potong akar dan daun, lalu iris dengan ketebalan 1-2 mm. Kukus irisan bawang dayak itu selama 5 menit. Setelah itu masukkan ke dalam larutan gula dengan perbandingan gula dan air 1:1. Masak sampai kental dan terbentuk kristal gula.
Sukrasno menyarankan sebaiknya saat mengolah gunakan umbi bawang dayak segar. “Bahan segar memiliki zat aktif yang masih lengkap,” katanya. Oleh karena itu herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi menyarankan penyuka lalapan untuk mengonsumsi bawang berlian segar. Konsumsilah 3 umbi berukuran sedang atau 4-5 umbi berukuran kecil saat makan sebanyak 2 kali sehari. Agar umbi segar tahan lama, simpan di tempat yang tidak terkena matahari langsung dengan ventilasi cukup agar udara tidak lembap. “Penyimpanannya seperti bawang merah di dapur. Kalau lingkungan terlalu lembap umbi mudah tumbuh tunas,” ujar Sukrasno.
Namun, cara itu hanya mampu mengawetkan bawang dayak selama sepekan. Sukrasno menuturkan supaya lebih awet simpan bawang berlian dalam bentuk bawang rajang kering. Dalam bentuk kering bawang tahan simpan hingga 2 tahun, asalkan tidak ada infeksi cendawan. Ciri bawang kering rusak jika direbus warnanya tidak merah, melainkan cokelat.
Prapti Utami menyarankan sebaiknya kita mengonsumsi olahan bawang berlian satu jam sebelum makan. “Pada kondisi itu lambung dalam keadaan kosong, sehingga penyerapan herbal lebih maksimal,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu. Bagi pasien yang memiliki gangguan lambung seperti mag, sebaiknya konsumsi herbal dua jam setelah makan. Pada saat itu tubuh telah mencerna sebagian makanan dan sebagian lambung sudah kosong.
(Desi Sayyidati Rahimah, Andari Titisari dan Bondan Setiawan trubus-online.co.id)
(Desi Sayyidati Rahimah, Andari Titisari dan Bondan Setiawan trubus-online.co.id)