Kajian Ilmiah Khasiat Bawang Tiwai untuk Pengobatan Diabetes

Kajian Ilmiah Khasiat Bawang Tiwai untuk Pengobatan Diabetes
Kajian Ilmiah Khasiat Bawang Tiwai untuk Pengobatan Diabetes - Bawang tiwai berasal dari Amerika tropik dan telah dibudidayakan di Indonesia.Tumbuhan ini memiliki beberapa nama daerah di Indonesia antara lain : si marbawang-bawang (Sumatera Utara), brambang sabrang (Jawa), bawang sabrang (Sunda), bawang dayak (Pontianak), bawang hutan (Kalimantan Timur), sedangkan sebutan bawang tiwai merupakan sebutan di daerah Kutai (Elisa, 2009).Bawang tiwai tumbuh menggumpal menjadi gerombolan besar. Biasanya ditanam di dalam pot sebagai penghias rumah. Daun berbentuk pita mirip helaian daun palem. Bunga berukuran mungil, berkelopak lima dan berwarna putih. Umbi berbentuk bulat lonjong, memanjang sebesar biji nangka dan berwarna merah. Umbi berasa pahit dan jika dimakan lidah akan terasa keras seperti minum air panas. Bagian yang digunakan untuk obat adalah daun dan umbinya (Mangan, 2005).

Umbi bawang tiwai mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, triterpenoid, dan fenolik. Tumbuhan ini juga mengandung minyak atsiri (Agromedia, 2008). Berdasarkan data analisa fitokimia dilakukan oleh Suroto dan Eldha, ekstrak bawang tiwai juga mengandung senyawa tanin, glikosida, aldehida-keton dan asam karboksilat (Elisa, 2009).

Umbi bawang tiwai berkhasiat sebagai obat kanker, tumor, anti inflamasi (anti radang), menghentikan pendarahan (hemostatik), dan memperlancar air seni/diuretik, analgesik, disentri, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai obat bagi wanita nifas (Agromedia, 2008).

Tumbuhan bawang tiwai (Eleutherine americana Merr.) secara etnobotani telah digunakan sebagai ramuan untuk mengobati berbagai penyakit dalam termasuk diabetes melitus. Sehubungan dengan hal tersebut maka permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan aktivitas umbi bawang tiwai dengan melakukan uji hipoglikemik terhadap ekstrak etanol umbi bawang tiwai terhadap kadar glukosa darah dengan menggunakan hewan mencit jantan.

B. METODE PENELITIAN

Bahan kimia yang digunakan terdiri dari umbi bawang tiwai, larutan glukosa 5% (b/v), glibenklamid 0,02% (b/v) CMC teknis, etanol 96%, heksana, kloroform, larutan amoniak 0,05 M, asam sulfat pekat, asam sulfat 2 M, asam klorida 2 M, asam asetat glasial, asam klorida pekat, reagen Mayer, reagen Dragendroff, larutan FeCl3 1% dalam akuades, serbuk Mg, kertas saring whatman, aluminium foil, akuades, dan hewan percobaan berupa mencit jantan yang sehat dengan berat badan 25-38 gram.

Peralatan : neraca analitik, blender, rotari evaporator dengan pompa vakum, glukometer dan glukotest strip, syringe 3 cc, pisau stainless, oven, hot plate, mortir, beaker glass, corong, tabung reaksi, corong pisah 500 ml, bejana maserasi, shaker bath, labu ukur (10 mL, 25 mL, 50 mL dan 100 mL), stop watch, pipet tetes dan pipet volume.

Umbi bawang tiwai dikeringkan pada suhu ruangan dan dihaluskan. Serbuk kering diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol, selanjutnya disaring dengan menggunakan pompa vakum sehingga dihasilkan ekstrak etanol. Ekstrak etanol dievaporasi sehingga menghasilkan ekstrak pekat etanol lalu diuji fitokimia sebagian diuji hipoglikemik menggunakan hewan percobaan mencit jantan dengan dosis ekstrak etanol umbi bawang tiwai 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 75 mg/kg BB, CMC (kontrol negatif), dan glibenklamid (kontrol positif). Kadar gula darah diperiksa dengan menggunaan glukometer dan glukotest strip setiap 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Perlakuan diulangi masing-masing 3 kali.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji fitokimia yang dilakukan ternyata menunjukkan bahwa umbi bawang tiwai mengandung triterpenoid, flavonoid dan fenolik, sedangkan metabolit alkaloid dan saponin tidak menunjukkan hasil yang positif.
Ekstrak etanol umbi bawang tiwai (Eleutherine americana Merr.) masing- masing dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB memperlihatkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang tiwai memiliki pengaruh dalam penurunan kadar glukosa darah mencit. Dari grafik (Gambar 1) juga terlihat bahwa ekstrak etanol umbi bawang tiwai dosis 25 mg/kg BB dan dosis 75 mg/kg BB baru mulai menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada menit ke 90 sampai ke menit 180. Sedangkan pada dosis 50 mg/kg BB menunjukkan penurunan kadar glukosa darah dari menit ke 60 sampai ke menit 120 namun dimenit ke 150 mengalami kenaikan kadar glukosa darah, kenaikkan ini disebabkan karena mencit mengalami stres pada saat pengambilan darah akibatnya terjadi kenaikan kadar glukosa darah tetapi di menit ke 180 mengalami penurunan kadar glukosa kembali.

Persentase penurunan kadar glukosa darah menunjukkan pada dosis 50 mg/kg BB memberikan efek hipoglikemik sebesar 39,11%, diikuti oleh dosis 25 mg/kg BB sebesar 35,65% dan dosis 75 mg/kg BB sebesar 28,78%. Jika dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid), persentase penurunan kadar glukosa darah pada dosis 50 mg/kg BB memiliki efek hipoglikemik yang hampir sama dengan kontrol positif (41,63%). Hal ini dikarenakan pada dosis ini kemampuan tubuh untuk menyerap obat tersebut sudah maksimal, sedangkan pada dosis yang lebih besar, yaitu 75 mg/kg BB, efek hipoglikemik justru menurun. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan kemampuan maksimal hipoglikemik sudah bekerja pada dosis 50 mg/kg BB, sehingga ketika dosis ditambah tidak akan terlalu banyak pengaruhnya pada tubuh, bahkan bisa menjadi toksik akibat pemberian dosis yang berlebihan, berarti kenaikan dosis ekstrak etanol umbi bawang tiwai tidak menaikkan efek hipoglikemik. Sedangkan untuk dosis 25 mg/kg BB karena dosis pemberiannya terlalu kecil mengakibatkan efek hipoglikemiknya belum cukup besar dibandingkan dosis 50 mg/kg BB.

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

1. Uji fitokimia terhadap umbi bawang tiwai menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder flavonoid, triterpenoid dan fenolik.
2. Ekstrak etanol umbi bawang tiwai pada berbagai dosis mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan.
3. Ekstrak etanol umbi bawang tiwai pada dosis 50 mg/kg BB memperlihatkan efek hipoglikemik yang efektif terhadap persentase penurunan kadar glukosa darah mencit jantan yaitu sebesar 39,11% dibandingkan dengan ekstrak etanol dosis 25 mg/kg BB sebesar 35,65% dan dosis 75 mg/kg BB sebesar 28,78%.

SARAN

Perlu dilakukan isolasi senyawa metabolit sekunder murni yang mempunyai aktivitas hipoglikemik dan ditentukan struktur molekulnya dengan meng-elusidasi struktur menggunakan instrumentasi spektroskopi..

Hairul Saleh
Uji Hipoglikemik Ekstrak Etanol
FMIPA Universitas Mulawarman
Mulawarman Scientifie, Volume 9, Nomor 1, April 2010 ISSN 1412-498X

Disqus Comments